Blog of Basyral Hamidy Harahap

07 September

Dari Panyabungan ke Madina 4

MADINA

Berangkat dari pemahaman sabung-menyabung ayam yang lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya itulah, yang antara lain mendasari penggantian nama Panyabungan menjadi Madina. Nama Madina diambil dari nama Kota Suci Islam, Madina Al-Munawwarah. Ini sesuai dengan julukan Serambi Mekkah yang dilekatkan oleh masyarakat terhadap Mandailing Natal.
Gagasan mengganti nama Kota Panyabungan menjadi Kota Madina bukanlah tanpa alasan. Banyak kota di dunia mengalami beberapa kali pergantian nama. Kota Suci Madina sendiri mempunyai 95 nama, antara lain Yatsrib, Taba, Taiba, Al-Aasima, Qariat Al-Ansar, Kobbat Al-Islam, Raib Al-Iman, Al-Mumina, Al-Mubaraka, Al-Mukhtara, Madinat Al-Rasul, Al-Muslima Al-Muhabba, Dar Al-Iman, Haram Rasul Allah, Dar Al-Abrar, Dar Al-Akhyar, Dar Al-Sunna, Dar Al-Salam, Dar Al-Fath, Al-Dira Al-Hasina, That Al-Harar, That Al-Nakheel, Sayidat Al-Buldan, Bait Rasul Allah, Akitat Al-Bildan, Al-Barra dan Al-Jabira (Ali Hafiz, 1984:3-5). Kota suci ini lebih terkenal dengan nama Madina Al-Munawwarah, ialah Madina yang bersinar.
Kota suci Makkah sebagai kota tertua di dunia pun mempunyai beberapa nama. Hal ini antara lain dipaparkan oleh Syahruddin El-Fikri dalam lampiran Harian Republika, Islam Digest, edisi Ahad, 31 Januari 2010, pada rubrik Situs, halaman B3, kolom 1-4. Ada beberapa Surat Al-Qur'an yang merujuk pada Kota Suci Mekkah, di antaranya: Bakkah dalam Surat Ali Imran ayat 3, Al-Balad dalam Surat Al-Balad ayat 1-2, Ummul Qurra dalam Surat Al-An'am ayat 92, Al-Balad Al-Amin dalam Surat At-Tin ayat 3, Al-Qaryah dalam Surat An-Nisaa ayat 75, Al-Baldah dalam Surat An-Naml ayat 91 dan Makkah dalam Surat Al-Fath ayat 24.
Julukan lain Kota Suci Makkah ialah Masy'aril Haram (Tanah Haram), Haraman Amin (Tanah Suci yang aman) dalam Surat Al-Qashash ayat 37, Al-Bassah (dibinasakannya orang-orang yang ingkar), Al-Bassaq (tempat tinggi karena dimuliakan dan ditempatkan pada posisi yang tinggi), dan An-Nasaasah (kering, karena di daerah ini sangat sedikit airnya). Makkah disebut juga Tanah Haram karena di dalamnya terdapat tapal batas yang melinkari Makkah. Orang kafir tidak diperbolehkan memasuki kawasan Tanah Haram.
Mandailing dan seluruh kawasan pedalaman dan Pantai Barat dikenal sejak dahulu sebagai Serambi Mekkah. Ulama-ulama besar lahir atau berasal dari daerah ini. Perguruan Islam mulai dari tempat Suluk sampai Pesantren merupakan bagian penting dalam perjalanan sejarah daerah ini. Dua simbol Islam yang baru pun sudah dibangun di Kota Panyabungan, ialah Sekolah Tinggi Agama Islam Madina (STAIM) dan Masjid Agung Nur Alan Nur yang tidak lama lagi akan diresmikan. Masjid Agung ini terletak di dasar Lembah Mandailing Godang, di tepi Batang Gadis, di pinggir Jalan Raya Lintas Sumatera, di hulu Bendung Batang Gadis.
Land Mark Panyabungan ini dirancang oleh arsitek Masjid terkemuka di dunia, Prof. Achmad Noe'man, didampingi puteranya yang juga arsitek lulusan Amerika Fauzan A. Noe'man. Lebih dari 200 Masjid di Indonesia dirancang oleh Prof. Achmad Noe'man, termasuk Masjid At-Tin di Jakarta. Beliau terkenal di Timur Tengah, karena posisinya sebagai Koordinator Arsitek Islam Sedunia yang merancang rehabilitasi Masjidil Aqsa. Permadani merah dihamparkan sampai ke tangga pesawat terbang ketika beliau dijemput oleh Raja atau Presiden di tangga pesawat, di antaranya di Marokko dan Emirat Arab.
Jadi beruntunglah masyarakat Mandailing Natal memperoleh satu Masjid Agung yang dirancang oleh Prof. Achmad Noe'man ini. Pada bulan Juli 2004 saya mendampingi Prof. Achmad Noe'man dan puteranya, Fauzan, arsitek tamatan Amerika, ke Panyabungan untuk memenuhi undangan Bupati Mandailing Natal, Bapak H. Amru Daulay, S.H. melakukan presentasi pembangunan beberapa Masjid di Indonesia. Acara itu dilaksanakan di aula Kantor Bupati Madina yang dihadiri oleh Bapak H. Amru Daulay, S.H., Wakil Bupati Madina Ir. Masruddin Dalimunthe, para ulama se Mandailing Natal..
Rapat-rapat berikutnya berlangsung di kantor Prof. Achmad Noe'man di Bandung dan Jakarta. Dua desain Masjid Agung yang ditawarkan oleh Prof. Achmad Noe'man kepada Bapak H. Amru Daulay, S.H. Desain yang dipilih oleh beliau telah diwujudkan secara fisik menjadi Masjid Agung Nur Alan Nur yang kini hampir selesai. Prof. Achmad Noe'man mengatakan kepada penulis laporan ini, bahwa Masjid Agung ini adalah salah satu kebanggaannya di antara lebih 200 Masjid yang dirancangnya. Tambahan lagi, beliau mengatakan, bahwa kualitas bangunan Masjid Agung ini adalah yang terbaik dari semua Masjid rancangannya yang pembangunannya dilaksanakan oleh Waskita Karya.
Prof. Achmad Noe'man mendapat kehormatan memberi nama Masjid Agung ini dengan Masjid Agung Nur Alan Nur, yang berarti Cahaya di atas Cahaya. Bila malam telah tiba, Masjid ini tampak dari Sorik Marapi memancarkan cahaya nun jauh di Lembah Mandailing Godang. Bila di siang hari, Masjid Agung ini tampak dari kejauhan dari arah Dalan Lidang. Sedangkan dari arah selatan, Masjid Agung ini tampak tiba-tiba menangkap pandangan setiap orang yang melintasi Jalan Raya Lintas Sumatera dari arah Selatan. Jika dipandang dari arah Bukit Paya Loting di Komplek Perkantoran Kabupaten Madina, maka Masjid Agung ini terasa memiliki daya magnit yang menarik orang untuk mendatanginya. Air Batang Gadis yang tenang di hulu Bendung Batang Gadis, bagaikan situ, danau, menambah suasana kesejukan yang luar biasa. Inilah bangunan yang yang menonjol, yang mudah dikenal, yang merupakan Land Mark. Prof. Achmad Noe'man menyatakan, bahwa beliau sangat mengagumi lokasi Masjid Agung ini, yang bagaikan simponi suara alam yang harmonis.
Julukan Serambi Mekkah untuk Mandailing Natal didasarkan banyaknya ulama besar di daerah ini yang telah melakukan dakwah Islamiyah yang luar biasa. Mereka bukan saja berkiprah di Mandailing, Sumatera Utara dan Malaysia, tetapi juga di Tanah Suci Mekkah.
Donald Tugby mengungkapkan di dalam bukunya Culture Change & Identity: Mandailing Immigrants in West Malaysia, bahwa sebanyak 79% desa-desa yang berpenduduk hanya 5% orang Mandailing, memiliki seorang imam orang Mandailing. Kedudukan ini merupakan posisi yang sangat terhormat karena menjadi panutan bagi masyarakat di pedesaan Malaysia. Mereka mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke perguruan-perguruan Islam (Tugby, 1977:93-94).
Seorang ulama Sufi, Syekh Muhammad Nor Al-Kholidi yang berasal dari Panyabungan tiba di Semenanjung kira-kira tahun 1884. Ulama besar ini bersama adik angkatnya Zainal Abidin berangkat menuju Tanah Suci melalui jalan darat mulai dari Thailand melintasi India dan seterusnya. Pada tahun 1894 dua ulama ini membuka Kampung Sungai Cincin di Gombak, 13 kilometer di luar Kuala Lumpur. Masyarakat Sungai Cincin ditata sesuai ajaran agama Islam.
Beberapa ulama besar Mandailing berkiprah di Tanah Suci Mekkah, di antaranya, Sykeh Adul Kadir Mandili yang menjadi Imam Besar Masjidil Haram pada awal abad XX. Dua orang puteranya yang lahir di Mekkah menjadi ulama terkemuka di Mandailing, ialah Syekh Ja'far Abdul Kadir pendiri Masjid Raya Al Qurro' wal Huffazh yang dikenal juga Masjid Raya Panyabungan, adiknya Syekh Ya'qub Abdul Kadir, pernah mengajar di Pakistan.
Syekh Abdul Fattah yang dimakamkan di Pagaran Sigatal, Hutasiantar, yang pada masa hidupnya menyebarkan agama Islam mulai dari Pantai Barat Mandailing. Syekh Junaid Thola, seorang ulama, pengusaha dan pendiri banyak Madrasah Diniyah di Perak dan Pesantren Al-Junaidiyah di Hutanamale. Syekh Musthafa Husein, pendiri Madrasah Musthofawiyah di Purba Baru. Syekh Ali Hasan Ahmad kelahiran Pintu Padang Julu, Sononoan, mendirikan Madrasah Ad-Diniyah di Mekkah. Ia juga seorang penerbit dan pengarang. Banyak sekali ulama-ulama yang berkiprah di Mandailing Natal dan daerah lain. Paparan yang lebih luas ada antara lain di dalam buku Madina Yang Madani halaman 277-331.
[Read More!]
09:34:48 - rajungan - No comments

Dari Panyabungan ke Madina 3

TRIO PENEMBUS WAKTU

Dalam pandangan saya, Bapak Amru Daulay, S.H. adalah satu di antara trio yang telah mengubah Mandailing Natal dari kegelapan ke pencerahan untuk meraih kemajuan. Trio itu telah berhasil membuat terowongan waktu yang digunakan untuk menoleh ke belakang sebagai guru tentang apa yang telah berlalu, berdiri pada kurun di mana mereka berada, dan memandang ke depan yang jauh untuk meraih kemajuan sepanjang zaman. Mereka adalah: Patuan Moksa, Alexander Philippus Godon dan H. Amru Daulay, S.H.
Trio pertama, Si Baroar gelar Patuan Moksa, adalah pendiri Dinasti Nasution yang menurunkan raja-raja di Mandailing Natal. Selain itu, Patuan Moksa adalah pendiri Panyabungan dengan mengganti nama Dori Soit menjadi Panyabungan. Patuan Moksa membangun Pasar Panyabungan sebagai pusat kegiatan ekonomi di simpang empat menurut arah angin, ialah ke arah barat Panyabungan Tonga-Tonga, ke timur Hutasiantar, ke utara Gunung Tua dan ke selatan Pidoli. Pasar ini menjadi pusat perdagangan komoditi ekspor dan impor untuk wilayah kekuasaan Patuan Moksa dan negeri-negeri sekitarnya.
Trio kedua, Alexander Philippus Godon, Asisten Residen Mandailing Angkola selama sembilan tahun (1848-1857). Seorang amtenar lulusan sekolah teknik, membangun jembatan Aek Godang dengan konstruksi kayu pada tahun 1848 dan jalan raya ekonomi ke pelabuhan Natal sepanjang kl. 90 kilometer yang selesai 1853. Mega proyek ini dibangun bersama penduduk dan raja-raja bersama Godon sendiri. Gubernur Pantai Barat Sumatera, Van Swieten, dua kali datang meresmikan jalan raya ekonomi ini, pada tahun 1851 dan 1853.
Godon juga membuka sawah-sawah baru, perkebunan rakyat terutama kopi dan penanaman kelapa di sepanjang jalan di kampung-kampung, menggalakkan tanaman pekarangan untuk kopi, membangun sekolah dll.
Ketika Godon bersama Sati Nasution gelar Sutan Iskander (kelak lebih dikenal dengan nama Willem Iskander), pada bulan Februari 1857, meninggalkan Panyabungan menuju Negeri Belanda, ribuan orang berbaris di jalan dengan wajah duka karena Godon meninggalkan mereka. Mereka berteriak: Tuan datanglah kembali (Mijnheer kom terug).
Trio ketiga, H. Amru Daulay, S.H. yang pada tahun 2002 pernah saya katakan kepada beliau, “Bapak adalah Godon masa kini”. Langkah kedua pendahulunya, Patuan Moksa dan Alexander Philippus Godon, dilanjutkannya, ialah membangun Mandailing Natal, dan mengubah nama Panyabungan menjadi Madina sebagai pusat bisnis untuk wilayah Sumatera Tenggara dan Pasaman.
Apa yang dilakukan oleh Bapak H. Amru Daulay, S.H. adalah lanjutan dari semua yang dilakukan oleh Patuan Moksa dan Alexander Phlippus Godon dengan melakukan inovasi baru sebagai tanggapan terhadap tuntutan zaman.
Atas segala prestasinya dalam banyak bidang itu, Bapak H. Amru Daulay, S.H. telah menerima banyak penghargaan dari dalam dan Luar Negeri. Ini merupakan bukti keberhasilan kinerjanya dalam mengemban tugas memajukan masyarakat Mandailing Natal. H. Amru Daulay, S.H. akan tercatat dalam sejarah Madina sebagai penembus terowongan waktu dalam membangun Madina.

[Read More!]
09:24:54 - rajungan - No comments

Dari Panyabungan ke Madina 2

PATUAN MOKSA PENDIRI PANYABUNGAN

Patuan Moksa berhasil memakmurkan penduduk Dori Soit. Orang luar pun datang berniaga ke Dori Soit. Pertumbuhan ekonomi di pusat lembah Mandailing Godang yang subur itu, maju pesat. Dori Soit tidak layak lagi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Patuan Moksa menanggapi perubahan itu dengan mengganti nama Dori Soit menjadi Panyabungan. Maka Patuan Moksa pun membangun pasar yang dinamainya Pasar Panyabungan. Patuan Moksa memilih lokasi paling strategis untuk Pasar Panyabungan satu setengah kilometer arah timur Panyabungan, ialah tepat di simpang empat sesuai arah mata angin, ialah: Gunung Tua di utara, Huta Siantar di timur, Pidoli di selatan, dan Panyabungan Tonga-tonga di barat.
Patuan Moksa sendiri berdiam di Panyabungan Tonga-tonga, nama baru dari Dori Soit. Bagas Godang, kediaman Patuan Moksa di Panyabungan Tonga-tonga sangat aman dan nyaman di tepi Aek Mata, dengan perlindungan yang kuat, terutama di holbung. Wilayah kerajaannya sangat luas mencakup Rambah di timur, Bonjol di selatan, Natal di barat dan Tobing di utara (Willer, 1845:268) (ten oosten tot Rambah, ten zuiden tot Bonjol, ten westen tot Natal, ten noorden tot tobing). Salah satu buktinya adalah Sultan Kota Pinang bermarga Nasution.
Orang luar pun semakin ramai datang berdagang di Pasar Panyabungan, di antaranya para pedagang Melayu yang datang membeli barang-barang besi, budak, berbagai hewan, kawat tembaga, perhiasan batu mulia, koral, tekstil halus yang mahal, permadani, porselen, garam dll. Barang-barang dagangan itu didatangkan dari Natal di Pantai Barat Mandailing. Pedagang Mandailing sendiri menjual serbuk emas yang mereka tukarkan dengan komoditi impor. Pasar Panyabungan pun menjadi pusat perdagangan komoditi ekspor dan impor. Sedemikian luasnya pasar ini, sampai kini masih ada nama Pasar Jae (Pasar Hilir) yang mengarah ke Panyabungan Tonga-tonga, Pasar Binatang dll. Kini Bapak H. Amru Daulay, S.H. membangun Madina Square di sebagian lokasi Pasar Panyabungan yang dibangun Patuan Moksa itu.
Sejak Patuan Moksa membangun Pasar Panyabungan, pasar ini bukan saja menjadi pusat perniagaan, tetapi juga menjadi pusat pencerahan. Pasar ini menjadi tempat terjadinya interaksi budaya dan ilmu pengetahuan, termasuk juga pusat hiburan antara lain atraksi adu ayam yang membuka peluang bagi perjudian. Pokoknya ketika itu, Pasar Panyabungan merupakan tempat mengadu nasib, di mana tumbuh semangat bersaing, menjadi pusat menyabung kepintaran, menumbuhkan perilaku egaliter, kesetaraan, menerima kehadiran orang luar yang membawa gagasan-gagasan pembaharuan.
Patuan Moksa telah berhasil membangun dinasti Marga Nasution Dahulat yang keturunannya menjadi raja-raja di Mandailing, Batang Natal, Natal (Patuan Natal saudara sepupu Sati Gelar Sutan Iskandar yang terkenal dengan nama Willem Iskander), Batahan dan Pasaman.
Patuan Moksa wafat di Panyabungan. Puteranya, Sutan Natoras, menggantikannya menjadi raja. Sutan Natoras pun wafat di Panyabungan. Cucu Patuan Moksa, Baginda Mangaraja Enda, adalah seorang raja Dinasti Nasution yang legendaris. Baginda Mangaraja Enda menikah dengan tiga wanita, ialah Boru Lubis dari Roburan, Boru Pulungan dan Boru Hasibuan.
Putera pertamanya yang dilahirkan oleh Boru Lubis dari Roburan dinobatkan menjadi Kuria Huta Siantar, ialah Sutan Kumala Sang Yang Dipertuan Huta Siantar. Raja muda ini dinobatkan dengan deklarasi pembagian wilayah kekuasaan Baginda Mangaraja Enda, dengan kekuasaan yang setara dengan kekuasaan ayahandanya, Baginda Mangaraja Enda.
Isteri kedua Baginda Mangaraja Enda, Boru Pulungan yang melahirkan Raja Sumorong dan Tuan Raja Sian. Sedangkan Boru Hasibuan melahirkan Raja Porkas.
Pertapakan rumah Baginda Mangaraja Enda itulah yang menjadi lokasi Bagas Godang milik Patuan Moksa. Kini Bagas Godang Baginda Mangaraja Enda itu masih dapat disaksikan di Panyabungan Tonga. Bangunan ini termasuk bangunan yang dilindungi oleh negara.
Kembali ke doa Si Sauwa yang diijabah oleh Allah SWT diucapkannya dengan penuh pasrah sesaat setelah Si Sauwa bersama anaknya baru saja lolos dari pengejaran para hulubalang Namora Pulungan. Doa yang dimuat oleh Willem Iskander dalam bukunya Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk (Iskander, 1872:36) dikutip lagi di bawah ini, sbb.:
“Olo baya, Ompung Na Martua-tua nampuna tano! Madung dipangolu Amu danak on. Laing pangolu-olu Amu ia nian, ombang ratus ombang ribu, sayur matua bulung!” (Ya Tuhan yang bertuah, pemilik bumi! Engkau telah menghidupkan anak ini. Semoga hidupkanlah dia terus, berkembang beratus-ratus berkembang beribu-ribu sampai berusia lanjut!)

[Read More!]
09:21:45 - rajungan - No comments

Dari Panyabungan ke Madina 1

PENGANTAR

Ada dua pernyataan monumental Bapak H. Amru Daulay, S.H., Bupati Mandailing Natal, dalam rangkaian dialog kami pada tahun 2003, ialah:
Pertama, “Saya ingin meninggalkan nama baik di Mandailing Natal”. Kedua, “Saya ingin mengubah nama Panyabungan”. Pernyataan kedua ini beliau ulangi lagi pada tanggal 20 Januari 2010. Inilah yang alasan penulisan makalah ini.
Pernyataan pertama, telah direalisasikannya selama dua periode kepemimpinannya selaku Bupati Mandailing Natal. Siapa pun dapat menyaksikan perubahan spektakuler sebagai realisasi Misi dan Visi dalam pembangunan Mandailing Natal, yang meliputi sektor-sektor: pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan, industri, perhubungan, telekomunikasi, pariwisata, koperasi, perdagangan, pendidikan, kesehatan, transmigrasi, tenaga kerja, keluarga berencana, olah raga, pertanahan, adat istiadat, pemberdayaan pemuda, agama dan Taman Nasional Batang Gadis.
Patut dicatat keunggulannya selaku birokrat paling senior di negeri ini, ialah penataan, pembangunan sistem kerja, rekruitmen pegawai, peningkatan sarana dan prasarana kerja, yang dimulai boleh dikatakan dari nol sampai menjadi seperti sekarang ini.
Daftar panjang keberhasilannya menjadikan Panyabungan, sebagai pusat perubahan Madina dalam pembangunan fisik, sarana dan prasarana peningkatan kesejahteraan masyarakat Madina. Sehingga, Madina tampil sebagai lokomotif perubahan di wilayah Smatera Tenggara.

[Read More!]
09:14:33 - rajungan - No comments